Semenjakitulah politik bebas aktif menjadi doktrin dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Pemikiran Soekarno dan Hatta, baik secara langsung maupun tidak, telah memberikan corak pada kebijakan luar negeri Indonesia. Bagi Soekarno, kekuatan sebuah bangsa terletak pada semangat nasionalisme yang lahir dari nilai-nilai perjuangan kemerdekaan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Selamat Pagi Kompasianer... Politik luar negeri bebas aktif dicetuskan oleh The Founding Father Indonesia. Bebas berarti bahwa bangsa Indonesia bebas menentukan dan berhubungan baik dengan negara manapun didunia. aktif berarti bahwa bangsa Indonesia turut aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Landasan dasar kebijakan politik luar negeri ini adalah Pancasila dan UUD 1954. Indonesia menjadi sorotan dunia, saat menyatakan tidak memihak Blok Barat atau Blok Timur. mengingat Indonesia baru merdeka, dan salah satu syarat terbentunya negara adalah adanya pengakuan dari negara lain. Hal ini menjadi penting ketimbang ikut dalam konflik internasional. Kemudian Indonesia membangun kepercayaan dunia dengan menggalang negara-negara Asia-Afrika untuk mengadakan konferensi yang dikenal dengan KAA, dimana dengan diadakannya konferensi ini banyak negara yang menginginkan kemerdekaan. Serta menjadi pencetus berbagai kegiatan yang merupakan implementasi politik luar negeri bebas aktif. seperti, mendirikan gerakan Non-Blok, Mengirimkan Misi Garuda, Menjadi anggota PBB, Mendirikan ASEAN dan melakukan kerjasama dengan berbagai negara di dunia. Luar biasa bukan...untuk sebuah negara yang baru merdeka, sanggup membuat revolusi di dunia. bagaimana Indonesia hari ini? Politik luar negeri bebas aktif, masih relevan digunakan di Indonesia. mengingat tujuan dari politik luar negeri bebas aktif menurut Drs. Moh. Hatta, salah satu tujuannya adalah memperoleh barang-barang dari luar untuk meningkatkan kemakmuran rakyat selama belum bisa diproduksi di dalam negeri. Dan disinilah yang membuat penting bagi Indonesia tetap menggunakan politik luar negeri bebas aktif, karena kehidupan akan terus berubah-ubah dan kebutuhan akan barang semakin meningkat dengan berbagai macam jenisnya. lantas permasalahannya, bagaimanakah mengembalikan kejayaan Indonesia di masa lalu yang tidak takut di tekan oleh negara lain tapi sanggup menjadi pelopor perubahan dunia. Hal ini tentu akan menjadi tugas berat bagi pemimpin Indonesia, karena beliaulah yang akan menetapkan dan membuat kebijakan-kebijakan politik bebas aktif yang seperti apa dengan cara-cara seperti apa dengan negara manapun di dunia. Salam hangat kompasianer... Novi yanti Lihat Politik Selengkapnya
Pencetuspolitik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia adalah Mohammad Hatta pada 2 September 1948. Menurut Hatta, penentuan kebijakan politik luar negeri Indonesia perlu ditetapkan agar Indonesia tidak menjadi objek dalam pertarungan politik internasional. Indonesia harus tetap menjadi subjek di dunia internasional yang memiliki hak
MASYARAKAT dunia menanti kapan dan bagaimana perang antara Rusia dan Ukraina berakhir. Berbagai skenario ramai diperbincangkan. Misalnya, bila Rusia kalah, artinya Presiden Vladimir Putin akan kehilangan muka dan mungkin harus meninggalkan pucuk kepemimpinan di Kremlin. Sebaliknya, jika Rusia menang dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terguling, Barat Amerika Serikat dan sekutu NATO akan melakukan pembendungan containment agar Putin tidak tambah agresif. Masih ada sederet prediksi yang beredar dan hampir semua berpusat ke pergeseran geopolitik global, khususnya perimbangan kekuatan balance of power di Eropa, Timur Tengah, dan Asia-Pasifik. Bagi Indonesia, apa pun hasil perang Rusia-Ukraina akan mempunyai dampak geopolitik sama, yakni mempercepat pembentukan tatanan kawasan Asia-Pasifik atau Indo-Pasifik yang sedang bergulir. Logikanya sederhana. Semua aktor yang berkepentingan dalam perang di Ukraina, baik langsung maupun tidak langsung, memiliki peran dan pengaruh di Asia-Pasifik. Dinamika ekonomi, keamanan, dan politik Asia-Pasifik selama tiga dasawarsa setelah Perang Dingin semakin rentan terhadap intrusi beragam bentuk kebijakan negara-negara besar. Seperti Amerika Serikat AS, Tiongkok, India, Jepang, dan Rusia yang tengah bersaing untuk mempromosikan dan menegakkan formula orde mereka masing-masing. Respons Tiongkok dan India masih pasif terhadap serangan Putin ke Ukraina. Padahal, Tiongkok telah membangun relasi ekonomi strategis dengan Rusia dan India dibantu Rusia saat menghadapi konflik perbatasan dengan Tiongkok. Sementara itu, Tokyo dan Washington tegas menentang Moskow, tetapi belum juga ada gerakan mengarah ke konfrontasi militer dengan Rusia. Sejak 2017 AS, Australia, India, dan Jepang mereaktivasi kerja sama militer the Quad yang ditanggapi dingin oleh Tiongkok dan Rusia. Sejauh ini yang bisa ditafsirkan ialah semua menunggu sambil menghitung efek untung rugi perang terhadap kepentingan nasional mereka. Yang menarik untuk dibandingkan dengan Indonesia ialah sikap India. Jakarta dan New Delhi merupakan dua pilar sejarah gerakan nonblok. Dengan alasan mempertahankan posisi tidak memihak, India memilih abstain terhadap resolusi PBB yang mengutuk agresi Putin. Sedangkan Indonesia mendukung, namun dalam pernyataan resmi tidak menyebut kata invasi maupun menyalahkan Rusia. Keputusan ini dikaitkan dengan kepentingan ekonomi bersama Rusia yang sedang tumbuh, alasan kemanusiaan terhadap rakyat Ukraina, hingga menjaga reputasi Indonesia di G20. Sepintas lalu kedua negara terlihat nonblok. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah pendirian mereka didasarkan pada pemahaman tentang geopolitik? India mengerti geopolitik, karena dengan cara abstain India berupaya untuk berada di tengah-tengah Rusia dan the Quad. Di mana panggung Asia-Pasifik menjadi pertimbangan utama. Sedangkan Indonesia memilih tidak menyudutkan Rusia sekaligus bersimpati kepada Ukraina tanpa visi geopolitik Indo-Pasifik, melainkan sebatas kepentingan pragmatis. Padahal, arena utama hubungan internasional Indonesia adalah Indo-Pasifik, bukan organisasi seperti G20. Kiprah presidensi G20 hanya setahun, sedangkan keterlibatan dalam perhelatan geopolitik Indo-Pasifik merupakan keniscayaan. Memosisikan diri nonblok agar legitimasi dalam G20 terjamin menunjukkan kegagalan memahami geopolitik. Nonblok hanyalah satu taktik dari politik luar negeri bebas aktif. Makna dan tujuan bebas aktif sering dikecilkan seolah harus selalu nonblok. Sejatinya bebas aktif berarti Indonesia independen dalam menentukan pilihan kebijakan luar negeri dan aktif memperjuangkan kepentingan nasional. Indonesia boleh saja memihak asalkan opsi yang diambil benar-benar bermanfaat bagi kepentingan vital bangsa. Pencetus bebas aktif Mohammad Hatta menginginkan agar kiprah Indonesia di kancah dunia tidak didorong oleh kehendak atau kebutuhan negara lain. Kalau tidak ada kepentingan negara lain, untuk apa wakil menteri luar negeri AS berterima kasih karena Indonesia telah turut mensponsori resolusi antioperasi militer Rusia? Ini kepentingan siapa? Seperti kasus integrasi Timor Timur yang juga diminta oleh Washington, namun akhirnya mereka juga yang memojokkan Indonesia atas pelanggaran HAM di sana. Indonesia harus hati-hati. Seperti India, Indonesia sudah punya kemitraan ekonomi strategis dan kerja sama alutsista dengan Rusia. Tidak ada skema komprehensif di bidang ekonomi dan militer dengan Ukraina. Lalu atas dasar kepentingan apakah Jakarta menyetujui resolusi yang mengecam Rusia? Hal ini bukan semata soal bahasa dan gestur diplomasi, tetapi konsiderasi geopolitik. Indonesia tidak pernah diajak masuk ke dalam the Quad meskipun secara geografis cakupan operasi the Quad meliputi perairan di sekeliling Nusantara. Kalau saja mampu menilai arti penting ekuilibrium kawasan, para pembuat keputusan pasti tidak akan mengambil opsi keliru seperti mendukung resolusi terhadap Rusia. Beda dengan India yang tahu betul bahwa untuk mewujudkan keseimbangan di Asia-Pasifik, harus benar-benar imparsial. Barangkali karena pemerintah sekarang tidak lagi bicara tentang poros maritim sehingga Indo-Pasifik kurang atau tidak mendapat perhatian serius. Prioritas kebijakan diplomasi periode kedua Presiden Joko Widodo adalah ekonomi dan peningkatan peran di lembaga-lembaga multilateral global. Oleh sebab itu, G20 dinilai sangat penting. G20 memang wadah diplomasi ekonomi prestisius, namun tidak punya nilai geopolitik strategis bagi Indonesia. Sekadar forum pertukaran gagasan dan rekomendasi kebijakan finansial. Di tingkat implementasi belum ada bukti empiris diplomasi G20 mampu mereformasi tatanan ekonomi dunia agar lebih menguntungkan negara-negara berkembang. Tujuan jangka panjang politik luar negeri Indonesia harus kembali dijangkarkan pada elemen-elemen esensial geopolitik di wilayah Asia dan Pasifik. Integritas teritorial dan kedaulatan bangsa Indonesia terkait langsung dengan keamanan Indo-Pasifik. Sejauh ini instrumen terpenting yang dimiliki Indonesia adalah ASEAN dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sebagai prakarsa kolektif negara-negara Asia Tenggara untuk berkontribusi dalam proses pembangunan ketertiban dan stabilitas kawasan. Bagaimana ASEAN Political and Security Community merespons perkembangan geopolitik ke depan masih belum ada tanda-tanda yang jelas. Semua negara besar dan kuat di Asia-Pasifik terhubung dengan ASEAN Regional Forum dan berkomitmen patuh pada ASEAN Treaty of Amity and Cooperation. Mereka semua juga berpartisipasi dalam diplomasi pertahanan ASEAN Defence Ministers Meeting. Dalam dua institusi ini peran ASEAN masih hanya sebagai hub, bukan driver. Mengapa tidak memanfaatkan momentum saat ini untuk mengintensifkan dan meng-upgrade peran sebagai driver di ruang geopolitik sendiri? Jangan menunggu hingga the Quad atau siapa pun mengambil alih Indo-Pasifik. * * I GEDE WAHYU WICAKSANA, Dosen Hubungan Internasional FISIP Unair SurabayaPEMBAHASAN Politik luar negeri bebas aktif diusulkan oleh Drs. Mohammad Hatta. Konsep tersebut digagas oleh Mohamad Hatta pada 2 September 1948, yaitu saat menyampaikan pidato di Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sikap tersebut dimaksudkan agar Indonesia tidak menjadi korban dari ketegangan internasional, khususnya pada masa itu antaraTrending Article Done Deal Sandiaga Uno resmi bergabung dengan PPP setelah meninggalkan Partai Gerindra. Dirinya disebut-sebut akan menjadi cawapres untuk mendampingi Ganjar politik Sandi dimulai pada tahun... Jokowi Kritik Ibu-ibu Operasi Plastik? Presiden Joko Widodo Jokowi menyoroti ibu-ibu yang melakukan operasi plastic di luar negeri. Hal ini diungkapkan ketika Jokowi meresmikan Tzu Chi Hospital di Pantai... Golkar Segera Ikutan Gerindra-PKB? Partai Golkar dikabarkan akan segera bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya KKIR. Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad. Katanya,... Mengenal Kalashnikov, Sang Dewa Senjata Senapan serbu yang bernama AK-47 mungkin merupakan senapan serbu paling terkenal sekaligus paling sering digunakan di dunia, termasuk Indonesia. Bagaimana tidak, daya tahannya dan... Cak Imin Banting Setir ke Anies? Situasi rumit Koalisi Perubahan, khususnya setelah pertemuan Partai Demokrat dan PDIP dapat menjadi momentum Muhaiman Iskandar Cak Imin dan PKB. Jika Demokrat benar-benar keluar dari... Jika DPR Diganti Artificial Intelligence Pernyataan Presiden Jokowi pada November 2019 tampaknya telah memantik diskursus soal AI. Dalam rangka merampingkan PNS dan mempercepat birokrasi, pegawai negeri sipil PNS eselon... 9 Nama Cawapres Anies Partai Demokrat membantah apabila disebut memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono AHY sebagai cawapres Anies Baswedan. Demokrat menegaskan bahwa mereka menyerahkan sembilan nama untuk menjadi pertimbangan... PDIP Sedang “Uji Mental” Demokrat? Beberapa hari terakhir ini wacana perbaikan hubungan antara PDIP dan Partai Demokrat sedang ramai-ramainya diperbincangkan. Utamanya, ini karena rencana pertemuan Ketua DPP PDIP Puan Maharani... More Stories Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo? R55 - Jumat, Juni 2, 2023 1400 Bicara lembaga think tank di Indonesia, Center for Strategic and International Studies CSIS mungkin dapat dikatakan yang terdepan, khususnya jika melihat sejarah dan kiprahnya.... Kala Majapahit Permalukan Kekaisaran Mongol R55 - Rabu, Mei 31, 2023 1400 Kekaisaran Mongol sempat menjadi salah satu kekaisaran dengan wilayah kekuasaan terbesar di dunia. Pada abad ke-13, kekuasaan Mongol mencakup daratan Tiongkok hingga Eropa Timur. Dan... Pencetuspolitik luar negeri bebas aktif adalah mohammad hatta. Pengakuan negara lain merupakan pelengkapan dalam unsur unsur terbentuknya suatu negara. Kebijakan resmi politik luar negeri indonesia. 1947 pola baru politik luar negeri amerika serikat yang. Politik luar negeri bebas aktif adalah politik yang tidak memihak / mendukung kekuatan PolitikLuar Negeri Bebas Aktif. Menurut UU No. 37 Tahun 1999 Pasal 3, yang dimaksud dengan "bebas aktif" adalah politik luar negeri yang pada hakikatnya bukan merupakan politik netral, melainkan politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri secara a priori pada HAGqxU.